Miris! Jalan Poros Cinanas–Kali Jambe Brebes Rusak Parah Belasan Tahun, Pelajar dan Masyakarat Jadi Korban

HARIANBUMIAYU.COM - Brebes – Sudah lebih dari  belasan tahun, warga Desa Cinanas, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, harus bertaruh nyawa melintasi jalan poros penghubung Cinanas–Kali Jambe yang rusak parah dan tak kunjung diperbaiki. Jalan vital sepanjang 1 kilometer dengan lebar sekitar 3 meter ini tak lebih dari jalur berlubang yang berubah menjadi kubangan lumpur saat musim hujan.

Tragisnya, akses ini bukan sekadar jalan biasa. Ia menjadi satu-satunya urat nadi bagi belasan pedukuhan di perbatasan Brebes–Cilacap, seperti Dukuh Ringin, Gedung Nanas, Ciwenai, Petinggi, Karangpucung, Karangsengon, Karang Poh, Tambakan, Nyangkokot, Babakan, Kali Jambi, hingga Gir Sapi.

“Kalau hujan, jalan berubah jadi licin dan berbahaya. Sudah banyak pelajar jatuh. Tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda perbaikan,” ungkap Kepala Desa Cinanas, Hensika Sindi Setiawan, saat ditemui Rabu (30/7/2025).

Menurutnya, jalan ini adalah nadi perekonomian masyarakat desa yang mayoritas adalah petani. Rusaknya jalan membuat distribusi hasil pertanian terganggu, yang berdampak langsung pada penghasilan warga.

“Pembangunan terakhir tahun 2013, setelah itu nihil. Proposal sudah kami ajukan berkali-kali ke Pemkab dan dinas terkait, tapi hasilnya nihil. Kami butuh sekitar Rp1 miliar untuk bangun jalan plus drainasenya,” tambahnya.

Kondisi ketiadaan drainase membuat air hujan menggenang dan mempercepat kerusakan badan jalan. Ini bukan sekadar masalah infrastruktur, tapi sudah menjadi ancaman keselamatan dan hambatan utama pembangunan ekonomi warga desa.

Pihak desa dengan masyarakat meminta agar anggaran prioritas segera digelontorkan demi memperbaiki jalan yang sudah layak disebut jalur darurat kemanusiaan ini.

“Kalau bukan pemerintah yang peduli, siapa lagi? Jangan tunggu korban jiwa dulu baru turun tangan,” tegas.

Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan dan terus dikeluhkan warga, kini saatnya Pemerintah Daerah Brebes menjadikan persoalan ini sebagai alarm keras untuk mempercepat pemerataan pembangunan, terutama di wilayah pinggiran dan perbatasan. Pungkasnya.



( Rizal Sismoro)