Kotak Kosong Bukan Solusi: Relawan Gertak Mestinya Mendorong Calon Independen untuk Demokrasi Sehat

Ilustrasi

BIRMINGHAM, Harianbumiayu.com.- Pernyataan dan langkah Relawan Gertak Kabupaten Brebes Selatan yang mengajak masyarakat memilih kotak kosong pada pemilu 27 November 2024 menuai kritik dari berbagai pihak. Meski mengklaim kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi demokrasi, Ia menilai bahwa  ajakan ajakan tersebut  justru kontraproduktif terhadap upaya membangun demokrasi yang sehat dan berkualitas.

"Mengapa tidak memunculkan calon alternatif atau calon independen yang benar-benar sesuai dengan harapan rakyat?" Jelas Yusfi, Mantan Aktivis GMNI Jogja (Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia )  dari Birmingham, Inggris, Minggu (17/11).

Ia menilai, demokrasi sejati bukan hanya soal menolak, tetapi juga tentang memberikan solusi yang konstruktif.

Kotak kosong, meskipun sah secara hukum, dianggap bukan jalan keluar ideal untuk menyuarakan ketidakpuasan.

 “Mengedukasi demokrasi mestinya lebih dari sekadar menyarankan memilih kotak kosong. Jika benar-benar ingin perubahan, relawan seperti ini seharusnya mendorong kemunculan calon independen yang bisa menawarkan alternatif nyata bagi masyarakat,” tambahnya.

Dalam konteks sosialisasi yang dilakukan di tiga kecamatan di Brebes Selatan, yakni Tonjong, Bumiayu, dan Paguyangan. 

"Kami menghargai inisiatif menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilu. Namun, membangun demokrasi tidak bisa hanya dengan penolakan. Harus ada langkah nyata untuk menciptakan perubahan, termasuk membuka ruang bagi calon independen yang mampu merepresentasikan suara rakyat,” ujarnya.

Bagus Handoko, Koordinator Relawan Gertak, sebelumnya menyatakan bahwa memilih kotak kosong adalah bentuk perlawanan terhadap kandidat yang dianggap tidak layak.

Namun, kritik balik menegaskan bahwa pendekatan ini justru mengabaikan potensi untuk melahirkan pemimpin baru melalui jalur independen atau alternatif.

“Jika masyarakat merasa tidak puas dengan pilihan yang ada, mendorong calon independen adalah langkah yang lebih strategis. Demokrasi tidak akan berkembang jika masyarakat hanya diajarkan untuk menolak tanpa memberikan solusi,” ujarnya.

Pemilu, menurutnya , harus menjadi arena pertarungan ide dan visi untuk masa depan. Masyarakat diharapkan dapat lebih aktif menciptakan perubahan dengan mencari, mendukung, atau bahkan menjadi calon yang dapat memberikan harapan baru. 

"Kotak kosong hanyalah simbol. Tapi perubahan sejati membutuhkan tindakan konkret," pungkasnya.

Diakhir catatannya, Yusfi berpesan " Jangan rusak Demokrasi dengan mengatasnamakan Demokrasi itu sendiri". (r)

Baca juga berita lengkap lainnya di BREBES.INFO dan HARIANMERDEKA.ID