![]() |
Samsul juga menuturkan bahwa ini merupakan kali ketiga peluncuran buku dilakukan setelah sebelumnya sukses di Jakarta dan Tegal. “Dan alhamdulillah, untuk ketiga kalinya ini responsnya sungguh luar biasa,” ujarnya penuh semangat.
Ia juga mengapresiasi kali ini kami dapat menyelenggarakan acara dengan lebih baik. Kami juga berterima kasih kepada Pak Haris yang secara sukarela membagikan bukunya kepada para hadirin.
Buku ini bukan hanya berharga secara materi dijual sekitar Rp 200.000 di toko buku, tetapi juga penuh dengan ilmu dan pengalaman hidup yang sangat inspiratif,” ujar Samsul.
Turut memberikan sambutan, Ahmad Ridwan alias Ceper, Ketua Tim Rahat, menyampaikan bahwa buku ini bukan sekadar motivasi biasa. "Ini adalah kisah nyata perjalanan seorang Haris Turino dari keterbatasan hingga sukses menjadi wakil rakyat. Buku ini bisa jadi suntikan semangat bagi siapa saja, khususnya generasi muda," katanya.
Dalam sesi inti, Dr. Haris Turino, S.T., S.H., M.Si., MM., memaparkan isi bukunya. Ia menegaskan bahwa buku tersebut tidak mengisahkan kesuksesan, melainkan perjalanan penuh perjuangan dari seorang anak kampung di Slawi hingga menjadi anggota DPR RI.
“Saya pernah sekolah sambil makan hanya 500 perak sehari. Pernah dagang sayuran di pinggir jalan demi biaya kuliah,” ungkap Haris, mengenang masa-masa sulitnya di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Haris juga menyinggung bagaimana kegagalan dalam Pemilu 2019, ketika hanya meraih 40.000 suara, sempat membuatnya terpukul. Namun berkat dukungan sang istri, Susi Aryanti, ia bangkit kembali dan berhasil meraih 110.000 suara pada Pemilu 2024.
"Dari kegagalan, saya belajar untuk tidak menyerah. Justru itu yang jadi pondasi saya," ucapnya penuh haru.
Bedah buku juga menghadirkan Kuncoro Wijayanto, jurnalis senior SCTV dan Indosiar, serta kontributor dalam penulisan buku. Ia menyebut buku ini memiliki kekuatan pada nilai-nilai moral dan semangat pantang menyerah.
“Salah satu bagian paling menyentuh adalah pesan dari ibunda Haris: 'Hanya dengan sekolah, kita bisa mengubah nasib.' Kalimat itu menjadi landasan hidup beliau,” tutur Kuncoro.
Ia juga mengapresiasi gaya penulisan buku yang tak hanya ditulis oleh Haris sendiri, tetapi juga melibatkan jurnalis senior untuk memberikan sudut pandang objektif.
Acara ini dihadiri oleh para kepala desa se-Kecamatan Bumiayu dan Paguyangan, mahasiswa, tokoh masyarakat, serta kalangan muda-mudi yang penasaran akan kisah inspiratif tersebut. Meski diwarnai keterbatasan tempat, suasana tetap hangat dan penuh antusiasme.
Sebagai penutup, Haris Turino berpesan kepada peserta yang hadir. “Buku ini bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk direnungi dan dijadikan bekal hidup,” pungkasnya.
Pewarta: Rizal.S