![]() |
Akibat kerusakan itu, 148 hektar sawah di Desa Pruwatan mengalami kekeringan sehingga petani tidak bisa menanam padi. Para petani pun terpaksa melakukan perbaikan secara swadaya dengan memasang bronjong bambu atau “dekem”, namun selalu hancur setiap kali musim hujan datang.
“Kami sudah jenuh. Belum sempat panen, bronjong yang kami pasang gotong-royong dengan biaya sendiri selalu hanyut saat banjir,” keluh Warno (54), Pelaksana Teknik atau Ulu-Ulu P3A Desa Pruwatan, Senin (6/10/2025).
![]() |
“Sejak 2022 bendung tergerus banjir. Kami sudah puluhan kali membuat bronjong bambu bersama petani, tapi selalu hanyut. Kami mendesak pemerintah segera memperbaikinya. Petani di sini hanya mengandalkan hasil sawah untuk hidup,” tegas Rasiman.
Plt. Kepala UPT Pemali Hulu Bumiayu, Muhammad Fatoni, ST, mengatakan pihaknya sudah melakukan survei bersama konsultan untuk membuat desain pembangunan kembali bendung tersebut.
“Usulan perbaikan sudah diajukan. Kami berharap segera terealisasi agar kebutuhan air irigasi untuk sawah warga kembali normal,” jelasnya.
Kerusakan Bendung Jembat yang tak kunjung diperbaiki menjadi peringatan serius bagi pemerintah daerah. Jika dibiarkan, tidak hanya mengganggu ketahanan pangan lokal, tetapi juga menambah beban ekonomi bagi ratusan petani yang menggantungkan hidup dari hasil sawah.
Warga berharap perbaikan segera dilakukan agar 148 hektar sawah kembali produktif dan kesejahteraan petani tidak terus terpuruk.***

