![]() |
Wakil Bupati Brebes, Wurja SE, dalam sambutannya menyampaikan bahwa Wayang Santri bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana mempererat silaturahmi sekaligus meneguhkan semangat persatuan.
“Wayang santri malam ini dapat mempererat silaturahmi kita. Semoga warga Larangan tetap menjaga persatuan, kedamaian, dan menambah keberkahan,” ujarnya.
Wurja juga menyinggung kondisi Brebes beberapa waktu lalu yang diwarnai aksi demonstrasi hingga berujung anarkis. Menurutnya, kejadian tersebut tidak membawa manfaat bagi pembangunan daerah.
![]() |
Ia menambahkan, momen peringatan kemerdekaan harus dimaknai sebagai kesempatan untuk memperkuat rasa syukur, cinta tanah air, dan persatuan. “Tugas kita hari ini adalah melanjutkan perjuangan para pendahulu dengan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan, pendidikan, serta menjaga harmoni sosial dan budaya,” jelasnya.
Menurut Wurja, pagelaran Wayang Santri juga memiliki nilai strategis karena memadukan seni tradisi dengan dakwah. “Wayang adalah warisan budaya adiluhung yang diakui dunia, sementara unsur santri memberi makna tambahan yakni memperkuat nilai keislaman, moral, dan kebijaksanaan hidup. Dengan perpaduan ini, generasi muda diharapkan bangga pada budaya sekaligus kokoh imannya,” katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Eko Supriyanto, turut mengapresiasi tingginya antusiasme masyarakat Larangan. Ia menilai, kegiatan tersebut menunjukkan bahwa Larangan memiliki potensi budaya yang layak terus dikembangkan.
“Seperti tadi kita lihat, ada tarian pembuka dari sanggar tari lokal yang menambah semarak acara. Warga pun sangat antusias dan berharap tahun depan kegiatan ini bisa digelar lagi,” ucapnya.
Eko menegaskan, pergelaran wayang bukan hanya tontonan semata, tetapi juga harus menjadi tuntunan.
Acara berlangsung meriah dan dihadiri ratusan warga Larangan dan sekitarnya. Hadir pula jajaran pejabat Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Forkopimcam, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.***